Persiapan...persiapan... (Bagian 2)*
*oleh-oleh (yang teramat sangat) terlambat dari Balispirit Festival, Ubud, 28 April-3 Mei, 2009.
Selama seminggu menjelang festival, aku berusaha belajar tentang seluk beluknya. Jadi ya, acara bertajuk Balispirit Festival ini sudah dilaksanakan sejak tahun lalu. Festival ini unik. Ia tidak hanya mengetengahkan Yoga sebagai intisarinya, tapi juga menggabungkannya dengan musik dan tari. Dari sudut pandang ini, ketiganya memang sangat berdekatan loh.
Festival ini diadakan di Purnati Center for the Arts, sekitar 15 menit dari tengah kota Ubud. Ia akan dibuka resmi pada tanggal 28 April, dengan pidato-pidato standar, dan juga konser. Lalu, selama empat hari berkutnya, akan ada workshop sepanjang hari. Kebanyakan workshop Yoga, tapi juga ada workshop tari dan musik. Saat hari berganti malam, para peserta workshop akan dihibur oleh barisan musisi yang oke punya. Dan pada hari terakhir, ada Hari Cinta Keluarga. Ini merupakan hari khusus dengan berbagai macam workshop dan kegiatan yang gratis untuk siapa saja.
Sepanjang festival ini, ada 97 kelas workshop berbagai macam. Ada 24 guru yoga datang dari penjuru dunia. Ada lebih dari 45 musisi, 10 penari senior, dan sekitar 200an musisi tradisional Bali, segala Jegog, Gender, Slonding dan Gambang. Bok, mempalajari ini semua rasanya kayak ngapalin pelajaran sistem kebut semalam pas mau ujian! Abis gimana dong. Aku kan sama sekali nggak ngerti yoga!
Belum pernah denger nama Katy Appleton yang (ternyata) ngasih kelas Yoga ke para selebritis di London. Atau Swami Shankardev, senior yogi yang katanya disegani banget. Kalau musisi kayak simakDialog besutan mas Riza dan Tohpati mungkin kenal. Juga Saharadja, kebanggan Bali. Tapi kalau Ganga Giri? Yeshe? Khalife? Atau ibu Maria Dharmaningsih, penari Jawa beken aku masih tau deh. Tapi kalau Sibo Bangoura, atau Akim Funk Buddha? Nah lho.
Dan aku harus mengerti semua aspek dari acara itu. Aku akan ditugaskan menjadi Koordinator Media Center. Pusat informasinya para wartawan yang akan meliput. Pastinya aku harus mengerti apa yang akan terjadi kan?
Untungnya team-nya kompak banget! Everybody helps each other. Dasar ya, kerja dengan orang-orang yang makanan sehari-harinya yoga dan meditasi, nggak ada tuh ceritanya stress dan marah-marah. Sebel-sebel dikit sih pasti ada lah. Tapi pasti saling mengingatkan. Atmosfirnya sangat berbeda.
Aku semakin semangat saat ngeliat lokasi festival pertama kali di Purnati. Halaman luas. Rumput rapi. Kolam renang gede. Bale yang keren. Aaaahhh! Sudah ada keyakinan merasuk dalam hati ini: THIS, IS GOING TO BE FUN! (bersambung)
Selama seminggu menjelang festival, aku berusaha belajar tentang seluk beluknya. Jadi ya, acara bertajuk Balispirit Festival ini sudah dilaksanakan sejak tahun lalu. Festival ini unik. Ia tidak hanya mengetengahkan Yoga sebagai intisarinya, tapi juga menggabungkannya dengan musik dan tari. Dari sudut pandang ini, ketiganya memang sangat berdekatan loh.
Festival ini diadakan di Purnati Center for the Arts, sekitar 15 menit dari tengah kota Ubud. Ia akan dibuka resmi pada tanggal 28 April, dengan pidato-pidato standar, dan juga konser. Lalu, selama empat hari berkutnya, akan ada workshop sepanjang hari. Kebanyakan workshop Yoga, tapi juga ada workshop tari dan musik. Saat hari berganti malam, para peserta workshop akan dihibur oleh barisan musisi yang oke punya. Dan pada hari terakhir, ada Hari Cinta Keluarga. Ini merupakan hari khusus dengan berbagai macam workshop dan kegiatan yang gratis untuk siapa saja.
Sepanjang festival ini, ada 97 kelas workshop berbagai macam. Ada 24 guru yoga datang dari penjuru dunia. Ada lebih dari 45 musisi, 10 penari senior, dan sekitar 200an musisi tradisional Bali, segala Jegog, Gender, Slonding dan Gambang. Bok, mempalajari ini semua rasanya kayak ngapalin pelajaran sistem kebut semalam pas mau ujian! Abis gimana dong. Aku kan sama sekali nggak ngerti yoga!
Belum pernah denger nama Katy Appleton yang (ternyata) ngasih kelas Yoga ke para selebritis di London. Atau Swami Shankardev, senior yogi yang katanya disegani banget. Kalau musisi kayak simakDialog besutan mas Riza dan Tohpati mungkin kenal. Juga Saharadja, kebanggan Bali. Tapi kalau Ganga Giri? Yeshe? Khalife? Atau ibu Maria Dharmaningsih, penari Jawa beken aku masih tau deh. Tapi kalau Sibo Bangoura, atau Akim Funk Buddha? Nah lho.
Dan aku harus mengerti semua aspek dari acara itu. Aku akan ditugaskan menjadi Koordinator Media Center. Pusat informasinya para wartawan yang akan meliput. Pastinya aku harus mengerti apa yang akan terjadi kan?
Untungnya team-nya kompak banget! Everybody helps each other. Dasar ya, kerja dengan orang-orang yang makanan sehari-harinya yoga dan meditasi, nggak ada tuh ceritanya stress dan marah-marah. Sebel-sebel dikit sih pasti ada lah. Tapi pasti saling mengingatkan. Atmosfirnya sangat berbeda.
Aku semakin semangat saat ngeliat lokasi festival pertama kali di Purnati. Halaman luas. Rumput rapi. Kolam renang gede. Bale yang keren. Aaaahhh! Sudah ada keyakinan merasuk dalam hati ini: THIS, IS GOING TO BE FUN! (bersambung)
Comments
Post a Comment