My first Yoga…and my second… and… (bagian 4)*
*oleh-oleh (yang teramat sangat) terlambat dari Balispirit Festival, Ubud, 28 April-3 Mei, 2009.
Kerjaanku di Media Center emang agak sulit buat ditinggal. Orang-orang yang sering malang melintang di area ini pasti melihat aku dengan posisi yang sama: di ujung meja, menghadap laptop. Ngutak-atik jadwal, berusaha nyocokin request para wartawan dan presenter jadi kerjaan setiap hari. Sampe-sampe semua curiga aku punya love affair dengan laptop. Hmpsh.
Tapi walaupun bekerja, bekerja dan bekerja, tante Dinda ini teteup sangat penasaran dengan yang namanya Yoga. Masa kerja buat festival Yoga aku gak pernah nyobain sama sekali, sih? Wanita macam apa itu? Jadilah di hari kedua, sebelum morning tea time di Media Lounge, aku punya kesempatan untuk ikut kelas.
Ada lima kelas pagi itu. Ada kelasnya Swami Shankardev ‘Yoga Tantra Principles of Higher Sadhana and Spiritual Awakening’. Hmmm. Kayaknya bakal ‘ketinggian’ deh. Patrick Creelman juga menggelar workshop, ‘Anusara Yoga, Fantastic Flow’. Tapi ini untuk level intermediate. Kita kan masih beginner yak. Coral Brown akan ngajar di kelas ‘Yoga+psychology, Releasing Body-Mind samkaras’. Hmm… gitu deehh. Ada workshop oleh Joseph Lee, ‘Yoga 2 Peace: Yin & Yang Yoga’. Boleh juga sih. Yang terakhir ada Ines Somellera, ‘Yoga+Writing: Searching for the hints within yourself’. Nah… ini kayaknya oke nih. Kali-kali aja gara-gara ikut kelas ini novelnya bisa langsung kelar!
Dengan meminjam yoga mat Mbak Novi, aku masuk kelas malu-malu. Duduk di paling belakang. Pertama-tama sih disuruh kayak pemanasan gitu deh, peregangan, melakukan posisi-posisi unik yang lumayan buat keringetan. Nah, terus disuruh meditasi, yang dibimbing oleh suara lembut Ines. Meditasi ini cuma diem doang, bernafas teratur, terus berusaha mengosongkan pikiran. Nah, abis meditasi, disuruh nulis apapun yang terlintas pas meditasi itu.
Buset dah! Tiba-tiba kok air mata mengalir setetes yah? Dihapus, eh, keluar lagi setetes. Sementara nulisnya gak berenti-berenti, nangisnya juga gak berenti-berenti! Bok! Liat kiri kanan semua kok keliatan anteng? Pas giliran ada yang disuruh bacain tulisannya, aku makin nangis. Dan kayaknya banyak juga tuh yang pada nangis-nangis, lumayanlah nggak sendiri, hihihi. Gerakan-meditasi-menulis ini diulang sampe tiga kali, dan tiga-tiganya sukses membuat aku nangis bombay. Tapi, abis itu kok ya rasanya ringaaaaaaaan banget. Udah lama gak nangis serius kali yah. Seru deh.
Nah. Ketagihan kan ceritanya? Sayangnya waktu tidak mengizinkan, mengingat permintaan wawancara banyak banget. Di hari ke-tiga, aku juga hanya bisa ikut satu workshop. Kali ini memilih workshop musik oleh Sibo Bangoura. Dia ngajarin West African Master Drum Class. Kita diajarin menabuh djimbe sampe tangan pada merah. Sambil diajarin nyanyi-nyanyi pendek gitu. Dan paling seru, kita juga diajarin tari Africa yang langkahnya teratur mirip poco-poco. Keren!
Hari ke-empat, aku ikut kelas Laughter Yoga-nya Pak Kadek Suambara. Sesuai namanya, ini kelas emang kocak banget: Kita diajak ketawa, tanpa ada alasan sekalipun. Kita ketawa karena kita mau aja! Efeknya LUAR BIASA! Kita jadi nggak berenti ketawa. Semuanya hepi bangeeettttt! Ketawa sampe gegulingan. Ketawa sampe jungkir balik. Ketawa sampe sakit perut dan pipi pegel. Terus abis itu disuruh nari-nari, lompat-lompat, bebaaaaasss banget rasanya. Hepiiiii banget! Kalo aja semua orang bisa sehepi itu – nggak butuh banyak alasan untuk ketawa dan merasa hepi – pasti dunia jadi sedikit lebih lega yah!
Biarpun Cuma tiga kelas ini yang diambil sepanjang festival, tapi efeknya gila loh! Sumpah nggak ngerasa capek sama sekali. Yang ada cuma hepi dan lega dan berasa bebas merdeka. Gila ya, festival ini bener-bener luar biasa! (bersambung)
Kerjaanku di Media Center emang agak sulit buat ditinggal. Orang-orang yang sering malang melintang di area ini pasti melihat aku dengan posisi yang sama: di ujung meja, menghadap laptop. Ngutak-atik jadwal, berusaha nyocokin request para wartawan dan presenter jadi kerjaan setiap hari. Sampe-sampe semua curiga aku punya love affair dengan laptop. Hmpsh.
Tapi walaupun bekerja, bekerja dan bekerja, tante Dinda ini teteup sangat penasaran dengan yang namanya Yoga. Masa kerja buat festival Yoga aku gak pernah nyobain sama sekali, sih? Wanita macam apa itu? Jadilah di hari kedua, sebelum morning tea time di Media Lounge, aku punya kesempatan untuk ikut kelas.
Ada lima kelas pagi itu. Ada kelasnya Swami Shankardev ‘Yoga Tantra Principles of Higher Sadhana and Spiritual Awakening’. Hmmm. Kayaknya bakal ‘ketinggian’ deh. Patrick Creelman juga menggelar workshop, ‘Anusara Yoga, Fantastic Flow’. Tapi ini untuk level intermediate. Kita kan masih beginner yak. Coral Brown akan ngajar di kelas ‘Yoga+psychology, Releasing Body-Mind samkaras’. Hmm… gitu deehh. Ada workshop oleh Joseph Lee, ‘Yoga 2 Peace: Yin & Yang Yoga’. Boleh juga sih. Yang terakhir ada Ines Somellera, ‘Yoga+Writing: Searching for the hints within yourself’. Nah… ini kayaknya oke nih. Kali-kali aja gara-gara ikut kelas ini novelnya bisa langsung kelar!
Dengan meminjam yoga mat Mbak Novi, aku masuk kelas malu-malu. Duduk di paling belakang. Pertama-tama sih disuruh kayak pemanasan gitu deh, peregangan, melakukan posisi-posisi unik yang lumayan buat keringetan. Nah, terus disuruh meditasi, yang dibimbing oleh suara lembut Ines. Meditasi ini cuma diem doang, bernafas teratur, terus berusaha mengosongkan pikiran. Nah, abis meditasi, disuruh nulis apapun yang terlintas pas meditasi itu.
Buset dah! Tiba-tiba kok air mata mengalir setetes yah? Dihapus, eh, keluar lagi setetes. Sementara nulisnya gak berenti-berenti, nangisnya juga gak berenti-berenti! Bok! Liat kiri kanan semua kok keliatan anteng? Pas giliran ada yang disuruh bacain tulisannya, aku makin nangis. Dan kayaknya banyak juga tuh yang pada nangis-nangis, lumayanlah nggak sendiri, hihihi. Gerakan-meditasi-menulis ini diulang sampe tiga kali, dan tiga-tiganya sukses membuat aku nangis bombay. Tapi, abis itu kok ya rasanya ringaaaaaaaan banget. Udah lama gak nangis serius kali yah. Seru deh.
Nah. Ketagihan kan ceritanya? Sayangnya waktu tidak mengizinkan, mengingat permintaan wawancara banyak banget. Di hari ke-tiga, aku juga hanya bisa ikut satu workshop. Kali ini memilih workshop musik oleh Sibo Bangoura. Dia ngajarin West African Master Drum Class. Kita diajarin menabuh djimbe sampe tangan pada merah. Sambil diajarin nyanyi-nyanyi pendek gitu. Dan paling seru, kita juga diajarin tari Africa yang langkahnya teratur mirip poco-poco. Keren!
Hari ke-empat, aku ikut kelas Laughter Yoga-nya Pak Kadek Suambara. Sesuai namanya, ini kelas emang kocak banget: Kita diajak ketawa, tanpa ada alasan sekalipun. Kita ketawa karena kita mau aja! Efeknya LUAR BIASA! Kita jadi nggak berenti ketawa. Semuanya hepi bangeeettttt! Ketawa sampe gegulingan. Ketawa sampe jungkir balik. Ketawa sampe sakit perut dan pipi pegel. Terus abis itu disuruh nari-nari, lompat-lompat, bebaaaaasss banget rasanya. Hepiiiii banget! Kalo aja semua orang bisa sehepi itu – nggak butuh banyak alasan untuk ketawa dan merasa hepi – pasti dunia jadi sedikit lebih lega yah!
Biarpun Cuma tiga kelas ini yang diambil sepanjang festival, tapi efeknya gila loh! Sumpah nggak ngerasa capek sama sekali. Yang ada cuma hepi dan lega dan berasa bebas merdeka. Gila ya, festival ini bener-bener luar biasa! (bersambung)
gue baca di harian terkemuka itu loh, namamu dan nama acara itu, dan terutama bagian air matanya ;)
ReplyDeletemau ulasan langsung dong
hahahhha... iyah. membuatku tengsin beraaaat...*tersipu malu*
ReplyDelete