Pameran Studio Ghibli, Imajinasi yang Jadi Nyata
Siapa yang suka film-filmnya Studio Ghibli? *Tunjuk tangan!*
Aku tau tentang film-filmya Ghibli sejak awal-awal menikah dengan si Abang, sekitar satu dekade lalu. Waktu itu, dia sih yang suka banget. Aku hanya selewat aja, karena aku nggak begitu suka sama animasi. Pernah, Kompas membuat semacam festival Ghibli dan ada nonton bareng. Si abang menggeretku ke Bentara Budaya, dan aku terkantuk-kantuk di sebelahnya. Yah, gimana nggak ngantuk. Acaranya pun malam, nonton pake proyektor, duduknya macam di kursi sekolahan, aku pegel yha!
Kami sempat berburu DVD (ya bajakan lah, aslinya ga tau mau cari dimana!) dan mencari berbagai film. Nah, setelah ada dvd ini, nontonnya jadi lebih khusuk dan lalu jatuh cinta, ahahahah! Yang pertama adalah Spirited Away. Ceritanya menakjubkan, buatku. Imajinasinya luar biasa dan sangat menyentuh. Gambarnya nggak canggih macam pixar atau Disney, tapi bagus banget. Lalu kemudian berkenalan dengan Ponyo yang nggak kalah menyenangkan. Musiknya apalagi ini, bagus banget. Duo Spirited Away dan Ponyo ini selalu jadi andalanku kalo ada anak tetangga atau ponakan pada main di rumah, hehehe.
Dari situ, aku nonton Kiki Delivery Service, Howl’s Moving Castle, Totoro, The Wind Rises, dan belakangan Princess Mononoke, The Tale of Princess Kaguya dan Porco Roso. Nausica, Castle In The Sky dan When Marnie Was There malahan belakangan ditonton.
Tapi, sesungguhnya yang membuat makin cinta sama Ghibli adalah Totoro. Sejak Malik lahir, kami cukup selektif memilihkan tontonan untuknya. Dan film pertama yang kami berikan ke Malik adalah Totoro. Dan sejak itu, aku jadi sangat-sangat-sangat apresiatif sama film ini.
Kalau dulu, Totoro hanya sekedar di tonton, tapi sejak mengenalkan ke Malik, aku jadi “melihat” apa yang dulu nggak terlihat. Totoro, bukan hanya sekedar film lucu menggemaskan, tapi ada banyak sekali nilai-nilai di dalamnya yang sulit ditandingi oleh film lain. Bahkan aku bisa bilang, belum ada film anak-anak yang lebih baik dari Totoro. Lebay? Mungkin. Tapi aku rasa banyak orang tua yang setuju.
Filmnya sederhana dan terasa ‘dekat’ dengan kehidupan sehari-hari. Tokoh utamanya adalah anak-anak, dan semua hal dibuat sesuai dengan sudut pandang anak-anak. Nilai-nilainya tentang mencintai lingkungan terasa subtle, namun pasti. Imajinasinya luar biasa, tapi terasa tidak berlebihan. Duh, pokoknya Totoro cintaku deh. Dulu sempet film ini diputar sehari tiga kali karena Malik minta, tapi aku gak bosen juga, ahahaha.
Cita-citanya sih pengen banget ke Museum Ghibli ke Jepang. Tapi, yah… kayaknya dalam waktu dekat masih belum bisa. Banyak prioritas lain yang harus didulukan. We’re gonna save it for much later, hehehehe.
Waktu ada festival film Ghibli digelar di Jakarta, rasanya pengeeeennn… banget nonton film-film itu di layar lebar. Tapi, waktunya selalu nggak pernah tepat. Si abang lagi kerja lah. Kalo dia pulang, banyak urusan ini itu lah. Susah. Bawa Malik ke bioskop masih belum bisa. Anaknya masih takut sama gelap dan suara berisik di bioskop. Pernah dicoba dan udah sampe beli tiket, tapi bubar jalan karena anaknya berubah pikiran, hahaha.
Jadi, pas ada exhibitionnya, dengan iming-iming ada beberapa item langsung dibawa dari Jepang sono, aku langsung YES! Pokoknya, harus lihat apapun yang terjadi, ahahah! Daaaann… kemaren akhirnya kesampean, dateng ke exhibition World Of Ghibli di Pacific Place, bertiga dengan abang dan Malik, pas sebelum si Abang berangkat kerja.
Waktu dateng dan membeli tiket, sebenernya aku agak bingung. Prosesnya cukup lama karena sepertinya petugasnya belum terbiasa. Tapi karena kami nggak buru-buru, aku santai aja. Tapi, ternyata sebelum membeli tiket, panitianya menerangkan bahwa pamerannya belum kelar 100 persen. Waaaaahhhh *kuciwa*
Kami datang di minggu pertama setelah pameran dibuka. Wahana 3 dimensinya baru kelar sekitar 70 persenan. Menurut panitia, sebagai kompensasinya, dengan tiket yang sama kami bisa dateng lagi kapan aja. Kalau pas dateng ternyata masih belum siap 100 persen juga, ya boleh dateng terus sampai akhirnya kami bisa melihat semua exhibit selesai 100 persen. Buat yang tinggal di Jakarta sih ini kedengerannya menarik. Tapi yang di luar kota kasihan juga ya? Si abang yang harus berangkat kerja segera, pulangnya baru awal oktober nanti. Pamerannya sudah selesai, jadi dia nggak bakalan bisa dateng liat lagi, hiks sedih.
Dengan harga tiket yang cukup mahal, apakah setimpal dengan pamerannya? Yah, menurutku sih 50-50 ya. Terutama karena faktor belum kelar tadi. Jadi waktu masuk tuh berasa kentang banget. Apalagi sepertinya nggak ada hal-hal “penambah informasi” yang tersedia. Nggak ada keterangan/cerita soal Ghibli, story behind the scene, atau apapunlah yang mungkin bisa dibaca dan menambah pengetahuan. Aku berfikir bakal berada di sana dari pagi sampe malem buat puas-puasin, tapi ternyata, ya gitu deh. Pada dasarnya, kami hanya datang, lalu foto-foto, that’s it.
Tapi, sebagai orang yang pengen banget ke Museum Ghibli di Jepang dan belum kesampaian, aku sih hepi banget dan menikmati. Detail-detailnya sangat bagus dan sangat layak untuk diapresiasi. Apalagi, Malik juga sudah cukup mengerti. Paling nggak dia inget sama Totoro dan Nekobus. Dia juga tertarik banget sama Castle-nya Howl dan pulang-pulang dia minta diputerin filmnya
Ini foto-foto kami waktu kunjungan kemaren. Mahapkan fotonya banyak banget yaaa (dan mungkin bakal nambah lagi kalo kunjungan lagi, hihihih).
PS: menurut instagramnya, pamerannya hari ini sudah 100 persen loh!
***
From “My Neighbor Totoro”.
Kayaknya exhibit ini yang paling di tonjolkan ya, mengingat Totoro emang monumental banget. Disini ada Totoro (ya iyalah!), Nekobus/Cat Bus, dan rumah keluarga Kusukabe yang detail banget. Katanya sih, rumahnya ini belum selesai. Bagian belakang rumah (yang harusnya ada tempat mandi dan dapur) belum kelar. Nantinya, rumah ini boleh dimasukin. Katanya sih
From “Porco Rosso”
Settingnya sederhana, tapi pesawat merahnya Porco Rosso ini cukup eye catching.
From “Ponyo”
Ini agak ‘kecewa’ sih. Padahal aku suka banget sama Ponyo. Tapi exhibitnya hanya ada begini doang, namanya ‘wall of ponyo’ yang terbuat dari dinding yang berlayer-layer gitu.
From “Castle In The Sky”
Katanya ini wahana juga belum selesai. Hanya ada robot dan pesawatnya doang. Katanya sih bakal ada miniatur Laputa-nya segala. Katanyaaaaaa….
From “Howl’s Moving Castle”
Miniatur castle-nya Howl ini detail banget loh buatnya, aku kaguuummm! Malik awalnya takut, tapi lama-lama dia suka banget. Sampe pas pulang ke rumah minta diputerin filmnya
From “Princess Mononoke”
Ini hutannya Princess Mononoke juga belum kelar semua. Katanya nanti bakal ada semacam hologram-hologram gitu. Katanyaaaaaa…
Masih ada set bath house-nya Spirited Away, dan toko roti-nya Kiki Delivery Sevice yang belum kelar. Padahal pengen banget lihat dua ini. Yah… mudah-mudahan pas balik lagi udah kelar semua yaaaa!
Comments
Post a Comment